Minggu, 26 Desember 2010

KADER MILITANSI

 

ilmu pendidikan islam

oleh steofandi fizari
(tulisan ini merupakan tugas resume dari mata kuliah ilmu pendidikan islam)
PENGERTIAN DAN RUANGLINGKUPPENDIDIKAN ISLAM
Pengertian ilmu” pengetahuan yang disusun secara sistematis, rasional, empiris dan universal. Pendidikan menurut Abdullah Rahman An-Nahlawi berasal dari kata Tarbiyah:
-­rabb yarbuu: bertambah dan tumbuh
-Rabiya yarbu: tumbuh dan berkembang
-Rabba yarbu: memperbaiki. Menguasai, memimpin, menjaga dan memelihara;
Adapun makna tarbiyah:
-Memelihara fitrah manusia
-Menumbuhkan seluruh bakat dan kesiapannya
-Mengarahkan fitrah dan seluruh bakatnya agar menjad agar baik dan sempurna
-Bertahap dalam proses
Pendidikan adalah
oProses yang mempunyai tujuan
oPendidik yang sebenarnya adalah Allah karena Dialah yang menciptakan fitrah manusia
oPandidikan menghendaki penyusnan langkah-langkah sistematis yang harus dilalui secara bertahap oleh berbagai kegiatan pendidikan dan pengajaran
oPendidikan harus mengikuti hukum-hukum pencipta dan syariat yang telah ditetapkan oleh Allah
Makna ta’lim menurut Abdul Fattah:
oProses pembelajaran secara terus menerus sejak manusia lahir melalui pengembangan fungsi-fungsi pendengara, penglihatan dan hati
oProses ta’lim tidak berhenti pada pencapaian pengetahuan pada wilayah kognisi semata, melainkan wilayah psikomotor dan efeksi.
Makna ta’tib menurut Naquib Al-Attas:
oPengenalan dan pengakuan tentang hakikat pengetahuan
oBerhubungan dengan kapasitas dan potensi jasmani, intelektual dan rohani
oPerpaduan antara pengertian ilmu dan amal
Perbedaan tarbiyan, ta’lim dan ta’dib:
oTarbiyah, proses pembinaan dan pengarahan bagi pembentukan mental dan kepribadian
oTa’lim, proses pemberian bekal pengetahuan
oTa’dib, pross pembinaan terhadap sikap moral dan etika dalam kehidupan yang lebih mengacu pada peningkatan martabat manusia
Jadi ilmu pendidikan islam adalah
1.Ilmu tentang mendidik agar manusia beragama islam
2.Ilmu pendidikan yang berdasarkan islam
Konsep dasar pendidikan islam yakni usaha, kemanusiaan, perkembangan, proses, bimbingan oleh manusia secara sadar.
Ruang lingkup pendidikan islam ada tujuh:
1.Kehidupan beragama, agar perkembangan pribadi manusia sesuai dengan norma islam
2.Kehidupan keluarga, agar perkembangan menjadi keluarga sejahtera
3.Kehidupan sosial, agar dapat berkembang menjadi sistem bebas dari penghisapan manusia lain
4.Kehidupan politik, agar tercipta sistem demokrasi yang sehat dan dinamis sesuai dengan islam
5.Budaya, agar menjadi manusia penuh keindahan dan kegairahan dengan nilai norma
6.Ekonomi, terbina masyarakat yang adil dna makmur dengna ridha Allah SWT
7.Pengetahuan, bertujuan agar berkembang menjadi alat untuk menapai kesejahteraan umat manusia yang dikendalikan oleh iman
DASAR DAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
Adalah merupakan landasan operasional yang digunakan untuk merealisasikan dasar ideal atau sumber pendidikan islam
Adapun dasar pendidikan islam ada dua:
1.Dasar ideal, Al-Qur’an dan Al-Hadis
2.Dasar operasional,
-Historis
-Filosofis
-Ekonomi
-Politik
-Sosiologis
-Psikologis
Tujuan pendidikan islam:
Tujuan, batas akhir yang dicita-citakan dan dijadikan pusat perhatian untuk dicapai. Tujuan pendidikan, batas akhir melalui usaha pendidikan, ada empat:
-Nasional, mencerdaskan kehidupan berbangsa, mengembangkan potensi dll
-Institusional, tujuan yang dicapai oleh sebuah lembaga, PT, dll
-Kurikulum, tujuan yang dicapai oleh suatu mata pelajaran atau kuliah
-Intruksional, tujuan yang ingin dicapai dari setiap penyabaran meteri
Jadi tujuan pendidikan islam menurut M. Athiyah Al-Abrasyi:
1.Tujuan tertinggi, tercapai akhlak yang sempurna
2.Tujuan umum,
3.Tujuan akhir, menjaid manusia sebagai makhluk yang bertaqwa dan meninggal dalam keadaan beragama islam
PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN ISLAM
Prinsip pendidikan adalah Sebuah pegangan yang dipakai dalam kegiatan yang diyakini akan kebenaranya. Beberapa hal yang berkaitan dengan prinsip pendidikan yakni:
1.Prinsip Berwawasan Nilai
2.Prinsip Percaya pada Diri Sendiri
3.Prinsip Kebebasan untuk Memilih
4.Prinsip Kreatif
Menurut Athiyah al-Abrasyi yang bermakna:
·Mengajarkan berfikir bebas
·Mandiri dalam belajar
·Kemerdekaan dan demokrasi dalam mengajar
·Sistem belajar secara perseorangan
·Perhatian terhadap perbedaan individu
·Perhatian terhadap bakat dan fitrah anak
·Berbicara sesuai dengan akalnya
·Bergaul dengan baik dan kasih sayang
·Memperhatikan pendidikan akhlak
Menurut Abudin Nata prinsip secara pendidikan islam ada lima, yaitu:
¬Prinsip tujuan
1.Universal
2.Keseimbangan dan kesederhanaan
3.Kejelasan
4.Realisme dan realisasi
5.Dinamisme
¬Prinsip metode
1.Sesuai dengan psikologi anak
2.Sesuai dengan tujuan pelajaran
3.Memelihara tahap kematangan
4.Partisipasi praktikal (amal)
¬Prinsip kurikulum
1.Ruh Islamiyah
2.Universal
3.Balancing (Keseimbangan)
4.Sesuai dengan perkembangan psikologis anak
5.Memperhatikan lingkungan sosial masyarakatnya
¬Prinsip evaluasi
1.Objektifitas
2.Keadilan
3.Kejujuran
4.Keterbukaan
¬Prinsip hubungan guru-murid
1.Humanistik (Kemanusiaan)
2.Egaliter (Kesederajatan dalam pembelajaran)
3.Demokratis
SUMBER-SUMBER PENDIDIKAN ISLAM
1.Al-Qur’an
Merupakan sumber pendidikan utama bagi setiap muslim, sesungguhnya Allah telah memberikan pengetahuan dan pelajaran melalui wahyuyakni Al-Qur’an, dimana menduduki tempat paling utama dalam pengambilan sumber pendidikan islam.
2.Al-Sunnah
Sunnah merupakan manivestasi atau penafsiaran Al-Qur’an yang paling baik, yakni berupa perkataan, perbuatan dan ketetapan Nabi dimana dijadikan sumber pendidikan islam.
Adapun kedudukannya
·Menjelaskan ayat Al-Qur’an dengan mengukuhkan atau memperkuat apa yang sudah dijelaskan Al’Quran
·Menjelaskan ayat Al-Qur’an dengan merinci, membatasi atau menjabarkan ayat Al-Qur’an yang sifatnya masih global
3.Kata-kata sahabat
Sahabat adalah orang yang paling dekat dan bertemu langsung dengan Nabi, sehingga perkataan mereka dapat juga dijadikan sumber pendidikan islam
4.Kemashalatan masyarakat
Maksudnya adalah suatuyang membawa manfaat dan menjauhkan dari mudarat, kemashalatan berkembang dan berubah sesuai dengan zaman dan berbeda menurut tempat.
5.Nilai-nilai adat istiadat dan kebiasaan sosial
Berkaitan bawa pendidikan adalah usaha memelihara, pengembangan dan pewarisan nilai-niai budaya atau kebiasan sosial masyarakat yang positif.
6.Hasil pemikiran-pemikiran dalam islam
Seperti pemikiran para filosofi, pemikir dan intelek muslim khususnya dalam bidan pendidikan dapat menjadi referendi pengembangan pendidikan islam.
KARAKTERISTIK PENDIDIKAN ISLAM
1.Penguasaan ilmu pengetahuan
2.Pengembangan ilmu pengetahuan
3.Penekanan pada nilai akhlak
4.Pengabdian kepada Allah dan kemashalatan
5.Penyesuaian pada pengembangan anak
6.Penekanan pada amal shaleh dan tanggung jawab
Perbedaan pendidikan islam dengan pendidikan umum:
Pendidikan Islam
Pendidikan Umum
·Pendidikan Islam merupakan bagian yang integral bagi masyarakat. Lembaga pendidikannya berkembang secara alami dari masyarakat, memenuhi kebutuhan dan permintaan masyarakat.
·Lembaga-lembaga pendidikan Islam menempatkan moral dan latihan keagamaan pada tempat tertinggi di atas program pendidikan mereka
·Pendidikan Islam luwes dalam hal peserta didik atau kelompok usia didik. Tanpa memandang usia, seseorang boleh mengikuti kelas yang dia pilih dan pindah ke kelas yang lebih tinggi ketika ia merasa bisa.
·Dalam pendidikan Islam tidak ada ujian umum. Siswa naik ke tingkat pendidikan yang dia kehendaki dan perkembangannya diawasi dan dievaluasi secara dekat oleh guru
·Pendidikan Islam memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk memilih jurusan yang diminati dan mengembangkan pengetahuannya tanpa halangan.
·Lembagapendidikan slambercerminkan kemanusiaan dan kesederhanaan masyarakatnya
·Sistem pendidikan Islam berdasarkan pada kedalaman hubungan personal. Pendidik merupakan sumber spiritual dan pembimbing professional
·Lembaga pendidikan Islam lebih mewarisi budaya masyarakat
·Pendidikan umumdalam bentuk sekolah diciptakan oleh pemerintah, dimana para siswa dipaksa untuk mengikuti. Karenanya tidak menggambarkan aspirasi dan kepentingan masyarakat.
·Lembaga-lembaga pendidikan umum kebanyakan telah mengadopsi pandangan sekuler yang lebih mementingkan pengembangan ilmu pengetahuan dengan melupakan aspek-aspek pendidikan yang lebih penting yaitu akhlak dan budi pekerti
·Dalam pendidikan umum, peserta didik diatur menurut usia dan jenjang pendidikan, mulai dari paud, pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi
·Pendidikan umum menerapkan sistem ujian. Untuk mengetahui hasil belajar dan menentukan tingkat pendidikan, siswa harus menjalani ujian dalam waktu yang sudah ditentukan
·Pendidikan umummewajibkan peserta didik untuk merencanakan program pendidikan secara seksama setiap saatnya
·Lembaga pendidikan umum merupakan gambaran masyarakat industri Barat. Para siswa diperlakukan seolah-olah mereka adalah objek produksi
·Pada sistem pendidikan umum,fungsi guru lebih merupakan profesional, dilihat dari keahlian (skill) ketimbang moral dan etika.
·Pendidikan umum menjadi sebuah instrumen buatan, sering digunakan untuk merubah masyarakat
ALAT DAN BATAS PENDIDIKAN ISLAM
a.Alat pendidikan
Alat pendidikan adalah suatu tindakan atau perbuatan, situasi atau benda yang dengan sengaja diadakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Adapun jenis-jenisnya ada tiga, sebagai berikut:
1.Sifat,
Berupa positif / negatif, preventif / kuratif, represif / korektif
2.Bentuk
Berupa meteril / meteriil
3.Tujuan
Pembiasaan, ketenangan, keteladanan, perlindungan
Hukum dijadikan sebagai alat pendidikan? Hukuman adalah tidakan yang dijatuhkan kepada anak secara sadar dan sengaja sehingga menimbulkan nestapa, dengan tujuan agar anak menjadi sadar akan perbuatannya dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi. Jenis-jenis hukuman:
·Hukuman membalas dendam
·Hukuman badan / jasmani
·Hukuman jeruk manis
·Hukuman alam
b.Batas pendidikan
Batas pendidikan adalah Secara umum, batas pendidikan Islam dipahami ebagairentang waktu pekerjaan mendidik,yaitu sejak awal dimulai hinggarakhirnyapekerjaan mendidik tersebut. Batas pendidikan islam menurut Syahminan Zaini “ bahwa pendidikan islam harus dimulai sejak seseorang laki-laki dan perempuan mengikat tali perkawinan, sebab sah tidaknya perkawinan akan mempengaruhi kehidupan suatu kelurga dan keturunan mereka”.
Dalam Al-Qur’an surat Ali-Imran ayat 102, yang artinya:
hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa kepadan-Nya dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama islam”.
SISTEM PENDIDIKAN ISLAM
Bahwasanya pendidikan islam merupakan sebuah sistem secara garis besar yang meliputi komponen-komponen yang terdiri dari dasar dan tujuan, pendidik, peserta didik, alat pendidikan, dan kurikulum. Dalam sebuah pendidikan terdiri dari beberapa komponen berikuti ini:
·Pendidik
Pendidik dibagi dua yaitu:
1.pendidik kondra, yakni Allah, Nabi atau Rasul, orang tua
2.pendidik profesi, yakni seorang guru
Dalam UU No. 14 / 2005 berbunyi “ pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah”
·Peserta didik
Peserta didik adalah orang yang belum dewasa dan memiliki sejum;ah potensi dasar yang masih perlu dikembangkan.
·Dasar dan tujuan pendidikan
·Kurikulum atau meteri
Kurikulum adalah sebagaimana dalam UU No. 2 tahun 2003 yang berbunyi: “ kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isis dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan terntentu”
Adapun komponen dalam kurikulum yaitu:
-tujuan
-isi (bahan) pembelajaran dan pengalama belajar
-metode atau cara menyampaikan mata pelajara
-cara melakukan pengukuran dan penilaian hasil belajar
·Metode
Adalah cara yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan pelajaran kepada peserta didik.
·Alat atau media
Adalah suatu tindakan atau perbuatan, situasi atau benda yang sengaja diadakan untuk mencapai tujuan pendidikan.
·Evaluasi
Adalah suatu kegiatan pengukuran dan penilaian terhadapa keberhasilan pendidikan dari berbagai aspek yang berkaitan dengannya. Fungsi evaluasi adalah:
1.untuk penempatan
2.sebagai formatif
3.sebagai diagnotik
4.sebagai sumatif
·Lingkungan
Adalah segala kondisi yang berada di luar individu dan bisa memberi pengaruh terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Lingkungan bisa berupa, pertama fisik, seperti iklim, tanah, alam, dll. Kedua, budaya, seperti, bahasa, sosial, seni,m ilmu pengetahuan, pandangan hidup, ketiga. Sosial, seperti:keluarga / sekolah, kelompok bemain.
ALIRAN-ALIRAN DALAM PENDIDIKAN
1.NATIVISME
Nativisme artinya aliran pembawaan.
Dipelopori oleh Arthur Schopenhauer.Berpendapat bahwa: perkembangan manusia dalam hidupnya sangat tergantung pada pembawaan (bakat, kesanggupan, dan sifat-sifat tertentu), sedikit sekali pengaruh yang datang dari luar.
2.EMPIRISME
Empirisme, artinya aliran pengalaman.Dipelopori oleh John Locke.Terkenal dengan Teori Tabula Rasa.Berpendapat bahwa perkembangan hidup manusia sangat ditentukan oleh pengalaman yang diperolehnya dari lingkungan, termasuk pendidikan. Pembawaan tidak berpengaruh sama sekali terhadap perkembangan manusia.
3.KONVERGENSI
Konvergensi, artinya penyatuan hasil.Dipelopori oleh William tern.Berpendapat bahwa: perkembangan manusia sangat tergantung pada faktor pembawaan dan lingkungan, pengalaman, pendidikan.
4.NATURALISME
Naturalisme, artinya aliran alamiah. Dipelopori oleh Jean Jaques ousseau.Berpendapat bahwa: manusia itu pada dasarnya baik.Jika ia menjadi jahat, itu bukan karena benihnya, tetapi berkembang setelah ia lahir. Agar kembali menjadi baik, serahkan saja pada alam, biarkan alam yang mendidiknya menjadi baik kembali.
Bookmark and Share

PANDANGAN TENTANG TUHAN

PANDANGAN TENTANG TUHAN
oleh : steofandi fizari (stain pontianak)
dalam memenuhi tugas makalah ilmu kalam
A.Sejarah Kata Tuhan dan Pengertiannya
Istilah “ Tuhan” merupakan kalimat yang teradopsi dari beberapa akar kata dari keyakinan dan ajaran orang-orang kafir lagi musyrik. Bahwasanya diperkirakan keyakinan “tu” dimana suatu ketika menyebar sampai ke daerah Melayu, mendapatkan imbuhan “han”, sehingga menjadi “Tuhan”. Kata tersebut dimulai pada tahun 5000 sm, berpangkal dari asia tengah, yang mungkin juga dianut oleh rasa mongoloid purba, yang merupakan nenek moyang dari rasa Cina, Tibet, dan Jepang. Penguasa sekalian alam menurut mereka itu adalah ”tu” yang sifat esa, tidak berawal dantidak berakhir.[1] Berikut ini dipaparkan tentang ajaran dalam memahami Tuhan:
1.Menurut ajaran Cina
Adalah ajarannya:” dalam segala benda ada ‘tao’, ‘tao’ sendiri bukan benda, dalam segala kejadian ada ‘tao’, jika suatu kejadian berakhir,’tao’ tetap kekal abadi. Ada dengan tiada tetap betautan, tak pernah bercerai, bermula terjadilah langit lalu bumi, keduanya diam keduanya. Sunyi ia,’tao’ ada bersendiri dan tak pernah berubah. Orang memandangnya, namun tak melekatnya, namanya ‘ie’ (samar), orang mendengarnya namun tak menyimaknya, namanya “hie’ (halus), orang mencapainya namun tak berpegang, nama ‘wie’.
2.Menurut Ajaran Jepang
Adalah ‘to’ itu pangkal kejadian, bila kejadian itu berakhir,’to’ tetap kekal abadi dan jalan itu adalah jalan pada ‘to’ (sinto).
3.Menurut ajaran Beun di Tibet
Ketika’taon’ hendak menciptakan alam, tetapi tak ada yang patut yang diberikan melainkan dirinnya, maka ‘taon’ pun meleburkan dirinya dalam alam sambil berpesan “aku adalah Engkau dan Engkau adalah Aku”, di Korea ‘taon’ disebut ‘teoh’.[2]
Demikianlah sejarah akar Tuhan yang diambil dari beberapa ajaran yang apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia akan menjadi kata Tuhan. “tidak ada satu sumber keterangan pun yang mengaitkan bahwa kata “Tuhan” berasal dari pecahan bahasa Arab dan dapat dipastikan pula berdasarkan keterangan sejarah kata ‘Tuhan’ tersebut mengindentifikasi bentuk kemusyrikan karena di dalamnya memiliki keyakinanadanya pencipta selain Allah SWT” (Abu Ghazi, dkk, 2007: 173)
Kata “Tuhan” dalam bahasa Indonesia, dimana memiliki arti yang berdekatan dengan “tuan” yang berarti “majikan” atau “pemilik,” seperti tuan rumah yang berarti pemilik rumah.
Imaduddin Abddurrahim, Ph.D mendefiniskan Tuhan sebagai segala sesuatu yang dianggap penting dan dipentingkan sehingga dirinya rela didominirnya. Dalam islam dikenal dengan istilah Illah. Illah adalah Tuhan dalam artian sebagai yang di sembah, tempat kita memohon. Ini yang membedakan seseorang apakah muslim atau bukan. Seseorang bisa memiliki sesembahan berhala (kaum paganis), atau api (zoraster) atau matahari dan masih banyak lagi. Tauhid yang sempurna berkaitan dengan pengakuan, pelaksanaan dan kesadaran bahwa hanya Allah yang kita sembah, sebab tanpa sadar kadang seorang muslimin tertipu sehingga menyembah hal-hal lain seperti kepada kuburan, batu atau hal-hal yang lebih abstrak seperti kekayaan dan kekuasaan. Hal-hal tersebut yang disebut sebagai musyrik atau menyekutukan Allah. Implikasi lain yang berkaitan dengan pengakuan bahwa Allah sebagai Ilah adalah kewajiban untuk berhukum hanya dengan hukum (aturan) Allah.
Menurut Imam Muhammad Baqir ra menjelaskan, “Allah” maknanya “Yang Disembah” yang agar makhluk (aliha, tidak mampu atau bingung) mengetahui Esensi-Nya (Mahiyah) dan memahami Kualitas-Nya (Kaifiyah). Orang Arab mengatakan, ‘Seseorang tercekam (aliha) jika ia merasa bingung (tahayyara) atas sesuatu yang tidak dapat dipahaminya, dan orang itu terpukau (walaha) jika ia merasa takut (fazi’a) kepada sesuatu yang ia takuti atau khawatirkan.[3]
B.Konsep Tentang Ketuhanan
Berkaitan dengan hal ini ada beberapa tentang konsep tentang ketuhanan, berikut ini:
Filsafat Iluminasi diarahkan pada sasaran yang bersifat teoretis di samping sisi praktis yang dapat dicapai, arah tersebut dimulai dengan penyucian diri dari segalala kotoran, baik secara ruhani ataupun jasmani. Langkah ini ditempuh sebagai tahapan awal penjalinan hubungan dengan Cahaya Murni-kesepuluh yang menjadi medium antara dunia materi dan imateri.[4]
Menurut Mulla Sadra tentang Tuhan yang sangat dalam ini beserta argumen shiddiqinnya merupakan hasil dari perjalanan panjang peradaban ilmu Ilahi manusia dan evolusi pemikiran filosofis dalam dunia Islam. Puncak kulminasi pemikiran filsafat ini, secara sempurna mempertemukan wahyu sebagai teks suci Tuhan dan semua aliran pemikiran filsafat dan teologi.
Dalam mazhab pemikiran Mulla Sadra, wujud makhluk, jika dibandingkan dengan wujud Tuhan bukanlah wujud yang hakiki. Makhluk disebut sebagai bayangan, citra dan manifestasi. Makhluk ini secara hakiki tak menampakkan dirinya sendiri tapi menampakkan Tuhan. Makhluk adalah citra Tuhan, bayangan Tuhan dan manifestasi Tuhan. Makhluk bukanlah sesuatu wujud mandiri   dimana dengan perantaraannya Tuhan tercitrai dan terbayangkan, tetapi dia adalah citra dan tajalli Tuhan itu sendiri.[5]
3.Konsep Ketuhanan Dalam Filsafat Peripatetik
Peripatetik adalah sebagai filsafat yang mendasarkan prinsipnya pada bentuk silogisme-Aristotelian yang sangat rasional. Adapun tokohnya yang terkenal adalah Ibn Sina. pendekatan kaum Peripatetik adalah lebih mendahulukan rasio dan memarjinalkan intuisi dan imajinasi yang tersimpan dalam jiwa manusia. Dalam tataran konsep Peripatetik tentang Tuhan adalah pembuktian wajibul wurud (Tuhan, mesti-ada dengan sendirinya) dan mumkinul wujud (makhluk, mesti-ada dengan selainnya).
C.Wujud Tuhan
Wujud atau adanya Tuhan. Bukanlah perkara sukar yang harus dicari dengan jalan-jalan berbelit-belit. Tabiat manusia dan perjalanan hidupnya kemana pun tujuan jalannya dan di mana pun perhatiannya di sanadia akan bertemu adanya tuhan. Bahwasanya orang yang ingkar akan adanya Allah adalah orang yang rugi, karena ia kehilangan pegangan hidup. Al-Husaya ibn al-Qasim ibn Ibrahim bertanya kepadaayahnya , bagaimanakah kita menjawab pertanyaan kaum zindiq dan orang kafir mengenai bukti adanya Allah, Tuhan semesta alam?, lalu ayahnya menjawab “ cara yang aman (untuk memperoleh pengetahun mengenai Allah dan jalan masuk terdekat yang diciptakan oleh Allah dan tanda-tanda ciptaan-Nya yang diwujudkan-Nya di dalam segala sesuatu. Allah SWT berfirman:
Artinya :6. Yang demikian itu ialah Tuhan yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.7.Yang membuat segala sesuatu yang dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah.8.Kemudian dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina.9.Kemudian dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. [6]
Eksistensi Tuhan adalah salah satu masalah paling fundamental manusia, karena penerimaan maupun penolakan terhadapnya memberikan konsekuensi yang fundamental pula. Alam luas yang diasumsikan sebagai produk sebuah Kekuatan Yang Maha Sempurna dan Maha Bijaksana dengan tujuan yang sempurna berbeda dengan alam yang diasumsikan sebagai akibat dari kebetulan atau insiden.[7]
Dari haltersebut ada beberapa cara untuk mengetahui eksistensi Allah:
1.Pengetahuan mengenai Allah dan pencapaiannya harus diperoleh secara langsung melalui panca indera.
2.Pengetahuan mengenai Allah dan pencapaiaannya melalui jiwa.
Bahwasanya jika Dia dikenal atau diketahui melalui (indera dan jiwa), maka akan berakibat fatal sebab Dia akan disifati oleh sifat yang dimiliki melalui pengetahuan kedua tersebut.Karena segala sesuatu yang ditangkap indera, meski berbeda dari jiwa yang akan dipahami akan pasti akan menjadi sesuatu yang rentan dan fana.
3.Pengetahuan mengenai Allah SWT, melalui imajinasi
Adalah tidak sah, karena Dia diserupakan dengan kehampaan alam khayal dari tubuh
4.Pengetahuan hipotetik mengenai Allah
Adalah mungkin dan dapat terjadi, karena dugaan itu terkadang benar dan keliru.
5.Dengan bukti yang berada dan terutama di dalam hati
Ini adalah kebenaran dan tidak ada orang yang tidak sependapat mengenai hal ini.
6.Dengan hanya salah satu dari cara-cara di atas
Hal ini sesuatu hal yang mustahil dan tidak sah mengenai-Nya.
7.Dengan seluruh cara yang disebutkan dan dijelaskan di atas
Inilah hal yang paling mustahil yang ada dalam pikiran sebab dengan menggabung
8.Melalui keberadaan Dia dari segala sesuatu
Hal ini merupakan pengetahuan yang paling murni dan paling benar yang melalui cara itu makhluk yang berakal akan mengenal Dia yang Maha Suci.[8]
Allah SWT mengajarkan manusia untuk mengenal-Nya dengan pasti sebagaimana dalam Al-Qur’an dalam surah Yunus ayat 31-31:
“31.Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang Kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup[689] dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab: “Allah”. Maka Katakanlah “Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?”32.Maka (Zat yang demikian) Itulah Allah Tuhan kamu yang Sebenarnya; Maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (dari kebenaran)?”
Dari ayat tersebut para Mufassirin memberi memberikan perumpamaan untuk ayat ini dengan mengeluarkan anak ayam dari telur, dan telur dari ayam. dan dapat juga diartikan bahwa pergiliran kekuasaan diantara bangsa-bangsa dan timbul tenggelamnya sesuatu umat adalah menurut hukum Allah.
“Bahwasanya bukti mengenai (eksistensi Allah adalah melalui petunjuk-petunjuk dan melalui makhluk yang diciptakan-Nya yang menjadi bukti (dalil) adas Diri-Nya sendiri”[9]
D.Sifat dan Perbuatan Tuhan
Adapun yang dimaksud dengan “sifat” adalah kata yang dinisbahkan kepada Tuhan dan terpredikasi pada dzat Ilahi.[10]
Dalam pembahasan dalam wilayah ilmu Kalam (teologi), maka yang penting bagi kita adalah makna istilah sebagaimana yang dimaksud oleh para teolog atau mutakallim. Dalam literatur ilmu kalam, istilah “sifat Ilahi” lebih banyak digunakan. Istilah ini terkadang digunakan sama dengan asma (nama-nama). Kata-kata seperti ‘âlim, ‘alîm“, qâdir, hayyu, dan murîd dan sebagainya, dikategorikan sebagai sifat dan asma Ilahi. Kadangkala terdapat pula perbedaan antara sifat dan asma Tuhan ini dimana berdasarkan hal tersebut, kata-kata semacam ‘ilm, kodrat, hayât dan sebagainya, adalah merupakan sifat-sifat Tuhan sedangkan kata-kata seperti ‘âlim, ‘alîm, qâdir, hayyu dan sebagainya merupakan asma Tuhan.
Bisa dikatakan bahwa di antara semua itu terdapat pula istilah lain dimana maksud dari ism (nama) adalah kata yang menunjukkan nama khusus Tuhan, sedangkan sifat adalah kata yang menghikayatkan sifat-sifat Tuhan. Berdasarkan istilah ini, jumlah asma Tuhan menjadi sangat sedikit dan hanya berkisar pada kata-kata semacam Allah dalam bahasa Arab dan Khudâ dalam bahasa Persia (atau Tuhan dalam bahasa Indonesia,), akan tetapi sifat-sifat Tuhan sangat banyak dan kata-kata semacam ‘âlim, hayyu, murîd, qâdir, dan sebagainya, seluruhnya termasuk dalam sifat-sifat Tuhan. Allah SWT berfirman:
“Hanya milik Allah al-asma’-al-husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut al-asma’-al-husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan” (Qs. Al-A’raf 180).
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. tentang maksud firman Allah yang bermaksud: “menyelewengkan Asma Nya” ia mengatakan, bahwa yang dimaksudnya adalah: “berbuat syirik ( dalam Asma Nya), iaitu orang-orang yang menjadikan Asma-asma Allah untuk berhala mereka, seperti nama Al Lata yang berasal dari kata Al Ilah, dan Al Uzza dari kata Al Aziz “.[11]
Dalam pandangan para filosof dan teolog muslim, Tuhan, di samping mempunyai sifat-sifat kesempurnaan, Dia juga merupakan sumber terjadinya seluruh perbuatan. Berangkat dari sini, penciptaan, pemberian rezki, pengaturan perkara-perkara makhluk, pengampunan dan sebagainya termasuk dalam kategori perbuatan-perbuatan Tuhan. Dari sisi lain, alam eksistensi merupakan wadah terjadinya perbuatan-perbuatan dan manifestasi efek-efek yang sangat beraneka-macam yang sumbernya dalam tinjauan pertama, adalah makhluk-makhluk Tuhan.
Masalah tentang apa hakikat “perbuatan” Tuhan, adalah suatu bahasan yang sangat dalam dan rumit. Menurut aliran Maturidiyah perbuatan Tuhan Perbuatan Tuhan mengambil bentuk ‘penciptaan daya’ dalam diri manusia, sedangkan ‘pemakaian daya’ tersebut adalah perbuatan manusia sendiri. Oleh sebab itu manusia dalam pandangan Maturidiyah Samarkand mempunyai kebebasan dalam melakukan perbuatannya, dan perbuatan itu adalah perbuatan manusia sendiri dalam arti sebenarnya, bukan dalam arti kiasan.[12]
KESIMPULAN
Masalah ketuhanan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Sadar atau tidak, semua orang pasti bertuhan dan melakukan penyembahan terhadap tuhannya itu. Persoalannya adalah tuhan yang disembahnya itu apakah Tuhan yang sebenarnya, yaitu Tuhan yang mencipta dan mengatur alam semesta, atau tuhan yang justru diciptakan oleh manusia.
Dalam perspektif Islam, pengakuan adanya Tuhan sudah ada pada diri manusia semenjak dia belum dilahirkan.
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)” (Qs. Al-A’raf 172).

Pengikut